our post

welcome to actum communication

peta bandung

Minggu, 07 Juni 2009

Masihkah Adzan Menjadi Panggilan Shalat?

Lima kali sehari kita mendengar adzan sesuai dengan waktu-waktu shalat wajib. Tentu saja ini karena adzan itu merupakan panggilan shalat, sebuah ajakan bagi umat muslim. Di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, adzan bersahut-sahutan antara satu masjid dengan yang lainnya. Tapi kemudian hal ini memunculkan pertanyaan, “Seberapa sukses panggilan, atau komunikasi yang dilakukan melalui adzan itu jika nyatanya banyak yang tidak langsung terpanggil untuk shalat?” Coba saja main ke Masjid Agung di Alun-Alun Bandung, dan lihat kesibukan yang melanda orang-orang di sana saat adzan berkumandang. Masih banyak yang sibuk dengan kegiatan jual beli. Padahal kalau di Saudi Arabia, semua toko akan ditutup setiap menjelang adzan dan kalau ada yang kedapatan melakukan kegiatan jual-beli pada saat itu, maka satuan keamanan tidak akan segan-segan untuk menindak. Satu kasus yang spesifik ini pada akhirnya menunjukkan bagaimana agama sebagai budaya yang seringkali menentukan nilai etis, memerlukan dukungan perangkat hukum yang jelas. Yah, itu kalau kita mau menerapkan hal yang sama. Kalau untuk Indonesia, agaknya hal ini jauh dari jangkauan mengingat negara ini terdiri dari berbagai suku bangsa dan agama. Pentingnya hal ini untuk dibahas adalah tentang bagaimana nilai etis atau etika juga norma akan didukung jika ada hukum yang mengaturnya. Ini demi Indonesia yang lebih baik, lebih disiplin dan teratur. (HR)

catatan: karena kesalahan teknis, rekamannya belum bisa di-publish

5 komentar:

ATLASH mengatakan...

Saya ingat ucapan seorang kawan, mengutip Karl Popper, bahwa hidup ini tak ubahnya sebuah turbin. Ketika satu bandul naik, yang satu lagi akan turun. Artinya, mungkin, harus selalu ada yang dikorbankan, walaupun bermakna menyeimbangkan. Mungkin mirip-mirip dengan oposisi biner; hitam-putih, berat-ringan, tua-muda, jelek-tampan, dll.
Kalau bicara modernitas, mungkin inilah sebuah dunia yang memang siap untuk kita hadapi, sebuah dunia yang acuh tak acuh. Di satu pihak kita sebagai manusia sukses dalam mengembangkan berbagai jenis teknologi, tapi di satu pihak, kita menjadi mahkluk yang merasa tak ada yang tak bisa; singkatnya, angkuh bin sombong.
Jadi, sholat, buat apa? Wajar memang ini terjadi. Tapi, tak lantas yang wajar itu harus dipelihara.
Btw, kenapa tulisan ini pendek begini. Yang nulisnya payah nih!!!

Anonim mengatakan...

sebenarnya agak sulit kalau menyamakan dengan saudi arabia. hello! kita indonesia, negara yang memiliki ragam budaya. karena itu, mungkin akan sulit kalau harus menjalankan nilai etis seperti di saudi arabia.

--sari

Anonim mengatakan...

Agak bingung baca tulisannya. Yg mo disentil th masalah orang yg pada g solat saat adzan ato ttg ketertiban yg dikung oleh perangkat hukum? Mbok sing jelas mas&jeng ayu...

Anonim mengatakan...

yah masa mau disamain orang sini sama orang sana?
bedalah
dari adat istiadat dan kebiasaan..

Andhika Perdana Z S mengatakan...

Jawaban saya terhadap judul yang dibuat oleh penulis adalah masih. Sampai kapanpun adzan akan tetap menjadi panggilan untuk melaksanakan shalat 5 waktu. Namun, kita tidak bisa mencampuradukkan permasalahan budaya dengan sisi agama. Saya pribadi pun juga berharap sama dengan apa yang diharapkan penulis. Namun, kita tidak bisa serta merta menyamakan budaya yang ada di negara kita dengan negara lain, seperti Arab Saudi. Saya hanya berharap, penulis lebih fokus dan teliti, karena saya kurang menangkap ke arah mana penulis lebih memfokuskan tujuan dari tulisan ini. Terima kasih ^^. Anda pasti bisa lebih baik daripada saat ini.