Pelatih : Dari majalah mana Mbak?
Pewawancara : Saya masih kuliah Pak, ini untuk kepentingan kuliah.
Pelatih : Haha, kalau mau wawacara anak-anak ini mah biasanya dari majalah
Trubus.
Atlet : Yee…dari Mangle aja sekalian. ”Dina hiji titimangsa…terektektektek.”
Saya tersentak saat itu. Satu-satunya hal yang bisa saya lakukan adalah tersenyum miris. Di hadapan saya seorang remaja sedang menghina sebuah majalah karena menggunakan bahasa ibunya sendiri.
Secara tertulis di Indonesia itu seharusnya berlangsung desentralisasi pendidikan. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan kondisi sosiogeografis Indonesia yang selain luas dan berpulau-pulau, juga terdiri dari berbagai suku bangsa.
Dengan diterapkannya desentralisasi pendidikan, semua potensi masing-masing daerah diharapkan bisa berkembang tanpa terpengaruh potensi daerah-daerah lainnya. Namun sebagaimana halnya potensi-potensi tersebut yang tidak tergali dan dikembangkan dengan baik, kekayaan daerah justru turut terkubur.
Di perpustakaan Leiden Belanda, sejumlah karya sastra Indonesia dari berbagai daerah dan bahasa terdokumentasikan dengan baik. Di sinilah letak perbedaan bangsa ini dengan sejumlah bangsa lain dengan peradaban yang lebih maju. Bangsa beradab tentu tahu arti pentingnya sejarah dan upaya menyelamatkan berbagai bentuk sejarah itu. Bahasa sebagai teknologi komunikasi pertama yang paling mutakhir tentu saja dapat hilang jika tidak lagi dipergunakan dan didokumentasikan.
Fenomena yang muncul sekarang ini sebagaimana yang terjadi pada remaja yang saya wawancarai adalah, malunya orang Sunda untuk menggunakan bahasa ibunya. Hal ini terus meningkat sejak era pemerintahan Soeharto di mana sekolah yang dulu menggunakan bahasa pengantar bahasa ibu masing-masing, diwajibkan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional terdapat pasal 33 pada bab VII yang berisi tentang bahasa pengantar. Berikut ini setiap ayatnya:
1. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara menjadi bahasa pengantar dalam pendidikan nasional.
2. Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam tahap awal pendidikan apabila diperlukan dalam penyampaian pengetahuan dan/atau keterampilan tertentu.
3. Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada satuan pendidikan tertentu untuk mendukung kemampuan berbahasa asing peserta didik.
Hal yang diniatkan untuk kebaikan memang terkadang tak berujung baik. Bisa dimengerti kalau pemerintah bertujuan untuk menyatukan kemajemukan bangsa ini dengan menggunakan bahasa. Lembaga pendidikan tak ubahnya media di mana setiap budaya dilem dan dipersatukan.
Hanya saja, mungkin persoalan punahnya bahasa daerah seperti yang mulai terjadi sekarang ini adalah salah satu hal yang belum diperkirakan pemerintah. Ditambah dengan peran media massa yang baik secara sengaja maupun tidak sengaja telah memupuk kecintaan terhadap bahasa Indonesia dan bahasa asing, bahasa daerah semakin jauh ditinggalkan oleh anak bangsa.
Kita semua diciptakan berbeda dan perbedaan itulah yang justru membuatnya indah. Jika seragam sekolah dulu diciptakan untuk menghapuskan kesenjangan sosial namun pada kenyataannya justru menjadi beban sejumlah kalangan, tak ada salahnya jika ia diubah. Mari hapuskan keseragaman, karena keberagaman itu indah. (HR)
peta bandung
Sabtu, 06 Juni 2009
Kenapa Malu Berbahasa Sunda?
Diposting oleh actum communication di 19.23
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
hmmmm...bener tuh djenk..
emg skrg tuh ud jarang bgt org2 (aplgi remaja) yg mw pke bahasa daerahnya (khususny sunda).ad yg bilang norak lah,,kampungn lah,,etc
padahal mah yah..harusnya bangga kita bisa bahasa selain bahasa wajib,bahasa indonesia,tp y itulah fenomena yg ad sekarang
orang tua juga emg udh banyak yg ngajak ngobrol anaknya pke bhs ind..pdhl dy org sunda tulen,,
yah,,sebagai orang sunda kata saya mah..hayu urang lestarikeun,keun wu batur pada gengsi nyarios sunda. nu penting mah urang2 bangga,,hehe
upami sanes ti urang2..saha deui nu ngalestarikeun bahasa sunda ieu???sanes kitu..?
hidup urang sunda!!hidup persib!!!(lho..???)
Har eta saha geuning make bawa2 persib sagala.
Da ieu mah masalah dimana2.Era make bahasa Sunda mah duka kunaon..
Hayu urang galakeun deui cinta produk lokal, tong interlokal wae
Posting Komentar