our post

welcome to actum communication

peta bandung

Minggu, 07 Juni 2009

Jangan Jadi Siraru

Siraru (bahasa Sunda) atau laron adalah sejenis serangga yang selalu terbang menuju arah cahaya lampu. Hidupnya tak pernah lama karena setelah berkerumun di lampu, ia akan mati. Seandainya saja siraru punya kuasa untuk berpikir tentang kemungkinan yang lain, mana tahu justru di kegelapan ia akan bisa hidup lebih lama. Seperti itulah fenomena yang terjadi di kalangan musisi belakangan ini. Mereka bergerak mengikuti gemerlap panggung hiburan yang menggoda dengan tawaran materi dan ketenaran. Banyak yang berhasil dalam sekejap untuk kemudian tenggelam. Lalu banyak pula yang mati berkarya karena kalah bersaing dengan yang lainnya. “Seharusnya seniman tidak seperti Siraru, tidak mengikuti arah yang sama dengan semua orang. Sudah sepatutnya mereka menemukan apa yang tidak atau belum ditemukan orang lain.” Kurang lebih begitulah yang ingin dikatakan Dodong Kodir kepada rekan-rekannya sesama seniman. Filosofi seperti itu telah mengantarkan pria yang satu ini ke keadaannya yang sekarang. Seorang yang melintasi perbatasan negara dan benua untuk mempertunjukkan musik sampah bersama kelompok yang dibentuknya, Lungsuran Daur. Bermula dari kecintaannya pada seni, Dodong Kodir di tahun 70-an berguru pada R.Yuyun Kusumadinata, salah seorang tokoh tari senior Jawa Barat. Ia pun menjadi seorang seniman karawitan. Lalu sejak tahun 1980-an, Dodong mulai bereksplorasi untuk membuat alat musik. Hal itu dilakukannya untuk kebutuhan bunyi-bunyi khusus atau bunyi efek untuk pertunjukan tari. Bahan-bahan yang dipakai di antaranya adalah besi, kayu, bambu, plastik, batok kelapa, per, paralon, dan lainnya.

Masihkah Adzan Menjadi Panggilan Shalat?

Lima kali sehari kita mendengar adzan sesuai dengan waktu-waktu shalat wajib. Tentu saja ini karena adzan itu merupakan panggilan shalat, sebuah ajakan bagi umat muslim. Di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, adzan bersahut-sahutan antara satu masjid dengan yang lainnya. Tapi kemudian hal ini memunculkan pertanyaan, “Seberapa sukses panggilan, atau komunikasi yang dilakukan melalui adzan itu jika nyatanya banyak yang tidak langsung terpanggil untuk shalat?” Coba saja main ke Masjid Agung di Alun-Alun Bandung, dan lihat kesibukan yang melanda orang-orang di sana saat adzan berkumandang. Masih banyak yang sibuk dengan kegiatan jual beli. Padahal kalau di Saudi Arabia, semua toko akan ditutup setiap menjelang adzan dan kalau ada yang kedapatan melakukan kegiatan jual-beli pada saat itu, maka satuan keamanan tidak akan segan-segan untuk menindak. Satu kasus yang spesifik ini pada akhirnya menunjukkan bagaimana agama sebagai budaya yang seringkali menentukan nilai etis, memerlukan dukungan perangkat hukum yang jelas. Yah, itu kalau kita mau menerapkan hal yang sama. Kalau untuk Indonesia, agaknya hal ini jauh dari jangkauan mengingat negara ini terdiri dari berbagai suku bangsa dan agama. Pentingnya hal ini untuk dibahas adalah tentang bagaimana nilai etis atau etika juga norma akan didukung jika ada hukum yang mengaturnya. Ini demi Indonesia yang lebih baik, lebih disiplin dan teratur. (HR)

catatan: karena kesalahan teknis, rekamannya belum bisa di-publish

Sabtu, 06 Juni 2009

CO2 dan Global warming

Padangan banyak orang adalah peningkatan CO2 (Karbondioksida) di udara mengakibatkan pemanasan global.

Mari kita komunikasikan dalam pandangan lain (other look)

Lagi-lagi, dosen kimia saya, Indra Noviandri, mengatakan bahwa, suatu saat, justru pemanasan itulah yang menyebabkan peningkatan kuantitas CO2 di udara.
Pernyataannya tersebut sama sekali bertolak belakang dengan apa yang sering saya dengar di media.

Bapak Indra memulai penjelasan bahwa ketika CO2 jika dipanaskan, ia akan berubah wujud menjadi gas. Bahkan pada suhu ruangan CO2 telah berwujud gas. Namun, tidak selamanya CO2 berwujud gas. Pada kondisi tertentu CO2 berwujud cair bahkan padat.

jika terjadi pemanasan, CO2 yang tadinya bersifat cair dan padat akan berubah menjadi gas. Hanya perlu temperatur -65,65 C (tekanan 1 Atm) untuk berubah menjadi gas. CO2 yang tadinya larut dalam air akan menguap dan bertambah di udara.

Singkatnya, pemanasanlah yang menyebabkan bertambahnya kuantitas CO2 di udara.


Dari mana panas tersebut muncul???

Penjelasannya berkembang ke ilmu Astronomi. Sunspot, bintik hitam pada matahari.

Sunspot merupakan ledakan yang terjadi di permukaan matahari. Temperaturnya lebih redah dari sekelilingnya, tapi masih terlalu panas jika diukur (sekitar 4000 - 5000 kelvin). Karena temperaturnya lebih rendah, sunspot terlihat seperti bintik hitam di bumi.

Pada saat tertentu, ledakan terjadi lebih sering di matahari. akibatnya, matahari meradiasikan lebih banyak energi ke bumi. Energi yang kita terima biasanya adalah panas. Jika matahari mengirim lebih banyak energi, akibatnya suhu di bumi akan meningkat.
Hal inilah yang kemudian menjadi sumber panas di bumi dan lalu menguapkan lebih banyak karbon dioksida. (NA)

Heran, Terlalu Sering Sakit Gigi?

baru-baru ini seorang teman mengeluh kepada saya bahwa giginya sakit lagi. padahal belum dua bulan yang lalu dia mengunjungi dokter gigi.

Dokter menyarankan dia untuk mencabut giginya. tapi dia menolak.
"Gw masih muda, masa udah ompong."

saya hanya tertawa mendengarnya..

Saya jadi teringat perkataan seorang dosen Kimia saya, Indra Noviandri.

"gigi akan menjadi rapuh jika terkena asam. karena gigi mengandung Flor (F) yang sangat reaktif dengan asam..."

Bagaimana dengan gula?

gula sama sekali tidak asam, justru manis.

Bapak Indra Noviandri menjelaskan bahwa zat yang manis memang tidak memberikan pengaruh kepada gigi. Namun zat manis tersebut menjadi bahan makanan bagi bakteri yang ada di mulut.

"Nah, zat sisa pengolahan bakteri tadi bersifat asam. hal ini bisa menyebabkan gigi berlubang"

Setidaknya, seperti itulah sederhananya penjelasan kenapa gigi bisa berlubang secara kacamata kimia...

saya menjelaskan hal ini kepada teman saya... dan dia tersenyum sambil memegang sebelah pipinya. (NA)